
Jakarta, 25 April 2025 – PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyambut positif langkah Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mereaktivasi jalur-jalur kereta api non-aktif. Program ini dinilai KAI sebagai inisiatif strategis yang tidak hanya memperbaiki konektivitas, tetapi juga memberikan dorongan besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menyampaikan bahwa pihaknya mendukung sepenuhnya upaya reaktivasi jalur kereta api ini. “KAI memandang program reaktivasi ini sebagai langkah strategis yang tidak hanya meningkatkan mobilitas, tetapi juga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi wilayah,” kata Anne Purba.
Untuk mendukung keberhasilan program ini, KAI telah menyiapkan berbagai fasilitas pendukung, seperti pengadaan 612 kereta penumpang baru, 54 lokomotif, dan 29 trainset KRL. Persiapan ini bertujuan agar jalur-jalur baru tersebut bisa beroperasi optimal dan memberikan kenyamanan maksimal bagi masyarakat.
Selain memperlancar pergerakan orang dan barang, jalur reaktivasi juga diharapkan membuka peluang usaha baru di sekitar stasiun dan koridor jalur kereta api. Sektor-sektor seperti perdagangan, pariwisata, hingga industri kecil diprediksi akan mengalami pertumbuhan dengan meningkatnya aksesibilitas.
Anne menambahkan bahwa keberadaan jalur-jalur baru ini akan mempercepat konektivitas antardaerah, memperkuat rantai pasok lokal, dan memperluas pasar bagi produk-produk daerah. “Reaktivasi jalur kereta api ini akan memberikan dampak multiplier yang besar terhadap ekonomi lokal,” jelas Anne.
KAI sendiri akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan operasional jalur reaktivasi berjalan lancar. Termasuk dalam agenda KAI adalah menjaga keselamatan operasional dan kualitas pelayanan agar masyarakat mendapatkan pengalaman terbaik dalam menggunakan kereta api.
Dengan kolaborasi yang solid antara pemerintah dan BUMN transportasi ini, diharapkan reaktivasi jalur kereta api di Jawa Barat menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus memperkuat pembangunan nasional berbasis konektivitas massal. (Redaksi)